Jumat, 25 Januari 2019

Bab 4 : Kesimpulan ( Kritik Arsitektur )

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode terukur, dapat di simpulkan bahwa Expandable House ( Rumah Tumbuh ) merupakan bangunan yang di rancang dan di persiapkan dengan matang dengan prospek jangka panjang. yaitu sebagai bangunan sustainable yang dapat memenuhi kepentingan masyarakat batam pada saat ini maupun kemudian hari. Selain itu, konsep yang ditawarkan pun ramah terhadap lingkungan sekitar dengan penerapan Pemanenan air hujan dan teknologi pembangkit listrik tenaga surya, serta sistem pembuangan limbah yang dipersiapkan dengan baik.

Penerapan konsep yang di buat disesuaikan dengan keadaan wilayah perancangan sekitar dengan menggunakan bahan material yang mudah di dapatkan oleh masyarakat sekitar sehingga selain meminimalisir biaya, masyarakat pun dapat di katakan "akrab" dengan jenis material yang di gunakan sehingga mempermudah maintenance bangunan itu sendiri. 

Pembangunan dan penataan desain bangunan ini pun berfokus pada masalah sosial dan urban masyarakat sekitar, sehingga fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keadaan individu maupun kelompok masyarakat yang akan menghuni bangunan tersebut. sehingga di mungkinkan munculnya fungsi - fungsi baru yang diterapkan sesuai kebutuhan tiap individu & kelompok di dalamnya.

Walaupun konsep yang di rancang sangat baik dan teratur, namun sangat diperlukan penyuluhan dan pembelajaran yang perlu disampaikan kepada masyarakat sekitar, agar tumbuhnya bangunan tersebut tetap menjaga konsep awal yaitu ramah lingkungan.

Bab 3 : Pembahasan (Kritik Arsitektur)

Architects                    : Urban Rural Systems
Location                      : Batam, Indonesia
Category                      : Sustainability
Architect in Charge       : Stephen Cairns
Area                            : 36.0 m2

Project Year                 : 2018



Rumah yang dapat diperluas (‘rumah tambah ’dalam Bahasa Indonesia, atau rubah singkatnya) dirancang untuk menjadi salah satu bagian dari respon berkelanjutan terhadap tantangan kota-kota yang berkembang pesat seperti Batam, di Kepulauan Riau Indonesia. Pernah menjadi kumpulan desa nelayan yang mengantuk dari beberapa ribu penduduk, Batam berkembang menjadi kota kosmopolitan dengan lebih dari satu juta orang dalam waktu kurang dari 40 tahun. Pertumbuhan luar biasa ini, dipicu oleh perjanjian perdagangan bebas baru dan kedekatan Batam dengan Singapura, belum mereda. Para migran muda dari seluruh Indonesia pindah ke sana untuk mencari uang. Pada 2015 Batam dinobatkan sebagai kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Sebagai akibatnya, kota ini dihadapkan dengan masalah perencanaan utama: Bagaimana cara mengakomodasi masuknya migran? Bagaimana menyediakan perumahan yang memadai, dan sistem air dan pembuangan limbah yang tepat? Bagaimana cara mendanai infrastruktur transportasi yang memadai, dan menyediakan sekolah, universitas, dan rumah sakit?



Proyek rumah diperluas yang berfokus pada tantangan perumahan. Ini dilakukan dengan memungkinkan bangunan untuk dikonfigurasi secara fleksibel di sekitar pola konsumsi dan pengeluaran sumber daya yang berfluktuasi, atau metabolisme, dari penghuninya. Secara praktis ini berarti memahami pola-pola pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, konsumsi air, energi dan makanan, serta produksi limbah. Karena metabolisme ini biasanya tidak merata dan sering genting, penting bahwa arsitektur dapat menjadi unit penghasil dan penghasil pendapatan, yang mengelola limbah, air, dan energi secara lokal.



1. Bagian Sandwich. Rumah menyediakan atap yang dapat diangkat, dan lantai dan pondasi (roti) yang dapat menopang hingga tiga lantai tambahan (mengisi). Sistem ini memungkinkan pembiayaan yang fleksibel di mana pengembang atau lembaga perumahan negara menyediakan atap dan fondasi, sementara penduduk menyediakan pengisi sesuai dengan keadaan mereka dan anggaran memungkinkan. Ini juga membantu mengakomodasi fungsi-fungsi yang menghasilkan pendapatan penting (toko, kafe, garasi, industri rumahan) bersama dengan hunian.



2. Kepadatan Domestik. Rumah itu mendorong kepadatan rumah tangga dalam dimensi vertikal. Ini mendukung manfaat dari co-location tempat tinggal dan pekerjaan. Ini juga membantu mengurangi jejak pemukiman di tanah yang subur, dan permintaan akan infrastruktur yang mahal (jalan, jaringan listrik dan jaringan air minum).



3. Sistem Terdesentralisasi. Pemanenan air hujan dan teknologi pembangkit listrik tenaga surya, sistem pembuangan limbah dan septiktank, dan prinsip pendinginan pasif diintegrasikan secara lokal dengan rumah yang dapat diperluas, menghindari pendekatan yang mahal dan seringkali tidak dapat diandalkan, atau 'pipa besar', untuk penyediaan infrastruktur.



4. Lanskap Produktif. Rumah yang dapat diperluas ini mengintegrasikan kapasitas produksi bahan makanan dan bangunan secara lokal. Ini dicapai dengan mengintegrasikan perkebunan bambu dan kebun dapur ke dalam logika perencanaan rumah, dan membantu lebih jauh mendiversifikasi basis sumber daya rumah yang dapat diperluas.



5. Paket Benih. Rumah yang dapat diperluas ini dirancang sebagai paket benih, yang berisi teknologi, strategi material, dan pedoman perencanaan yang dapat dikembangkan dengan berbagai cara tergantung pada kondisi sosial, budaya, dan lingkungan setempat. Kami bermaksud agar kota-kota tropis yang beragam akan tumbuh dari paket benih bersama.



Refrensi : https://www.archdaily.com/891811/expandable-house-urban-rural-systems

Bab 2 : Metode (Kritik Arsitektur)

METODE NORMATIF TERUKUR

Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis :

      1.) Stabilitas Struktur
  •   Daya tahan terhadap beban struktur
  •   Daya tahan terhadap benturan
  •   Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
  •   Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem

      2.) Ketahanan Permukaan Secara Fisik
  •   Ketahanan permukaan
  •   Daya tahan terhadap gores dan coretan
  •   Daya serap dan penyempurnaan air

      3.) Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
  •  Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
  •  Timbunan debu
  •  Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu dan Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan. Behaviour Follow Form
  • Lozar (1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology in Carson, Daniel,(ed) “Man- Environment Interaction-5” Environmental Design Research Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :

     a.)  Persepsi Visual Lingkungan Fisik
  •   Menunjuk pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-bentuk visual tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan tertentu.

     b.)  Sikap umum terhadap aspek lingkungan fisik
  •   Hal ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap berbagai ragam objek atau situasi.
  •    Hal ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan atau penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.

     c.)  Perilaku yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku manusia.
  •   Dalam skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu (pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok sosial dsb.
  •   Dalam skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan furniture, mesin atau penutup permukaan.
  •   Teknik pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen tentang sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen, observasi langsung, observasi rangsangan sensor.

Bab 1 : Pendahuluan (Kritik Arsitektur)


Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.

Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuno κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”. Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.

Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah

Di dalam arsitektur terdapat berbagai macam kritik arsitektur yaitu ;

  •     Kritik Deskriptif
  •     Kritik Normatif
  •     Kritik Typical
  •     Kritik Impresionis
  •     Kritik Interpretif
  •     Kritik Terukur


     1. Kritik Normatif (Normative Criticism)
Hakikatnya kritik ini adanya keyakinan bahwa di lingkungan dunia manapun bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, sandaran sebagai sebuah prinsip. Norma juga berupa suatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi. Kritik Normatif dibagi dalam beberapa metode, yaitu :     
                                                                                               
-    Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak terukur.
-   Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif.
-      Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan yang spesifik.
-    Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan.                                                                                                    


     2. Kritik Interpretif (Interpretive Criticism)
Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. Ada 2 teknik dalam menggunakan kritik ini, yaitu :                     
                                                 
-          Advocatory, Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.
-          Evocative, Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).        
 
                                                                        
     3. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism)
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya. Kritik impresionis dapat berbentuk :

-          Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).
-          Caligramme (paduan kata)
-          Painting (lukisan)
-          Photo image (imagi foto)
-          Modification of building (Modifikasi bangunan)
-          Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).  
                            

     4. Kritik Deskriptif (Descriptive Criticism)
Dibanding kritik lain, kritik ini lebih terlihat lebih nyata (actual). Kritik ini mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap kota. Melihat sesuatu bangunan sebagaimana adanya tanpa me-judge atau me-interprete. Yang masuk metode pada kritik ini adalah :       
                                                                                                                        
-          Depictive (gambaran bangunan)
-          Grafis (static).
-          Verbal (dynamic).
-          Prosedur (Process)
-          Biographical (riwayat hidup)
-          Contextual (Peristiwa)                     
                                                                             
                  
     5. Kritik Terukur
menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural.

-   Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.
-       Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
-    Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
-       Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :
§  Ukuran batas minimum atau maksimum
§  Ukuran batas rata-rata (avarage)
§  Kondisi-kondisi yang dikehendaki

Contoh :
Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif :
        Batas maksimal ketinggian bangunan
        Batas sempadan bangunan dan luas terbangun
        Batas ketinggian pagar yang diijinkan
        Standardisasi : Pencegahan kebakaran, batas maksmal toleransi reflektorcurtainwall logam atau kaca, penangkal petir, penggunaan air bersih dsb. Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma

Contoh :
Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui standardisasi harga-harga.
Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada  ukuran minimum/maksimum, rata-rata atau kondisi yang dikehendaki yang selalu  merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.
Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai berikut:

-          Tujuan Teknis ( Technical Goals)
-          Tujuan Fungsi ( Functional Goals)
-          Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

Tujuan Teknis

Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis
Contoh :
Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah :

a.      Stabilitas Struktur
        Daya tahan terhadap beban struktur
        Daya tahan terhadap benturan
        Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
        Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem

b.      Ketahanan Permukaan Secara Fisik
       Ketahanan permukaan
       Daya tahan terhadap gores dan coretan
       Daya serap dan penyempurnaan air

c.       Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
       Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
       Timbunan debu yang mungkin menempel
       Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen-elemen yang rusak
       Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis dan alami.

Tujuan Fungsional

Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk aktifitas tersebut
Pertimbangan yang diperlukan :

          Keberlangsungan fungsi dengan baik
          Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi
          Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan
          Kemudahan-kemudahan penggunaan,
          Pencapaian dan sebagainya.

Tujuan Perilaku

Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan. Behaviour Follow Form
Lozar (1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology in Carson, Daniel,(ed) “Man-Environment Interaction-5” Environmental Design Research Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :

  •  Persepsi Visual Lingkungan Fisik

Menunjuk pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-bentuk visual tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan tertentu.

  • Sikap umum terhadap aspek lingkungan fisik

Hal ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap berbagai ragam objek atau situasi. Hal ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan atau penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.

  • Perilaku yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku manusia.

Dalam skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu (pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok sosial dsb. Dalam skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan furniture, mesin atau penutup permukaan. Teknik pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen tentang sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen, observasi langsung, observasi rangsangan sensor.                                                                                                                           


6. Kritik Tipikal                                                                                                                       
Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi.

-   Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller :
Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.

-      March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.

-    Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik                      
                                                                                                                             
 Elemen Kritik Tipikal
Typical Criticsm didasarkan atas :

a.) Struktural (Struktur)

Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula.
-          Jenis bahan
-          Sistem struktur
-          Pemipaan
-          Duckting dsb.

b.)  Function (Fungsi)

Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
-          Kebutuhan pada ruang kelas
-          Kebutuhan auditorium
-          Kebutuhan ruang terbuka dsb.

c.)  Form (Bentuk)

-     Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.

-       Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.

-      Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.

-        Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard :
Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia.  Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.         
                                                                                              
Keuntungan Kritik Tipikal

-          Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
-          Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
-          Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
-          Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
-          Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.

Kerugian Kritik Tipikal

-          Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
-          Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
-          Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
-          Tidak memeiliki pemikiran yang segar
-          Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

Akibat Kritik Tipikal

-     Munculnya Semiotica dalam arsitektur,  satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini. Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk pseudo theoritic
-        Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander
-        Banyak penelitian yang mengarah pada penampilan bentuk bangunan
-        Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan secara individual.






Referensi : http://faisridho7.blogspot.com/2015/11/jenis-jenis-kritik-arsitektur.html