Rabu, 09 November 2016

RUMAH KHAS KALIMANTAN SELATAN

                                      RUMAH KHAS KALIMANTAN SELATAN



Beribu-ribu budaya dan bangunan khas asli wisata Indonesia telah menjadi ciri tersendiri diantara keanekaragaman kebudaya di negeri kita ini. Salah satunya yang masih kental terasa di daerah Pulau Kalimantan dan disebuah propinsi yaitu Propinsi Sulawesi Selatan. Topografi Kalimantan Selatan yang pada umunya banyak memiliki sungai dan serta struktur tanah yang berawa dan bergambut, sedikit banyak berpengaruh terhadap bentuk dan struktur bangunan Rumah Adat di Kalimantan Selatan.

Rumah adat Kalimantan Selatan memiliki beberapa ciri dan fungsi, umumnya rumah adat Kalimantan Selatan disebut dengan Rumah Banjar, setiap rumah memiliki struktur dan bentuk sesuai kasta dari sang empunya atau fungsi rumah itu sendiri.


1. RUMAH BUBUNGAN TINGGI



Rumah Bubungan Tinggi yang berfungsi sebagai bangunan Dalam Sultan (kedaton) yang diberi nama Dalam Sirap, merupakan rumah yang paling tinggi kastanya. Yang berfungsi sebagai istana kediaman sultan. Kualitas serta kemegahan seninya mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah.


Ciri - Ciri 

Ciri-ciri rumah tradisional Bubungan Tinggi juga ditunjukkan dengan bentuk-bentuk ornamen berupa ukiran. Ukiran-ukiran tersebut biasanya terdapat pada tiang, tataban, papilis, dan tangga. Bentuk dan seni ukir inipun banyak mendapat pengaruh dari Agama Islam, kebanyakan motif yang digambarkan adalah motif floral (daun dan bunga). Motif-motif binatang seperti pada ujung pilis yang menggambarkan burung enggang gading dan naga juga dibumbui dengan motif floral. Selain bentuk floral dan binatang tedapat juga ukiran-ukiran berbentuk kaligrafi. Namun ciri yang mecolok adalah sebagai berikut :


•Atap Sindang Langit tanpa plafon


Sindang Langit adalah atap sengkuap pada teras rumah Banjar di Kalimantan Selatan, sedangkan pada rumah Bubungan Tinggi keseluruhan atap yang menutupi Palatar, Panampik Kacil, Panampik Tangah, dan Panampik Basar disebut Bubungan Sindang Langit atau Atap Sindang Langit.

•Tangga Naik selalu ganjil
 Jumlah anak tangga naik yang digunakan selalu berjumlah ganjil karena dianggap membawa  keselamatan

•Pamedangan diberi Lapangan kelilingnya dengan Kandang Rasi berukir


Pamedangan / pelataran (teras) diberi kandang rasi berukiran yang memiliki arti keselamatan menurut rakyat kalimantan.


Konstruksi bangunan



Konstruksi pokok dari rumah adat Banjar dapat dibagi atas beberapa bagian, yaitu :

1.Tubuh bangunan yang memanjang lurus ke depan, merupakan bangunan induk.
2.Bangunan yang menempel di kiri dan kanan disebut Anjung.
3.Bubungan atap yang tinggi melancip disebut Bubungan Tinggi.
4.Bubungan atap sengkuap yang memanjang ke depan disebut atap Sindang Langit.
5.Bubungan atap yang memanjang ke belakang disebut atap Hambin Awan.
6.Tubuh bangunan induk yang memanjang terus ke depan dibagi atas ruangan-ruangan yang berjenjang lantainya


Ukuran bangunan

Tentang ukuran tinggi, lebar dan panjang setiap rumah adat Banjar pada umumnya relatif berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena ukuran pada waktu itu didasarkan atas ukuran depa atau jengkal.
Ukuran depa atau jengkal tersebut justru diambil dari tangan pemilik rumah sendiri sehingga setiap rumah mempunyai ukuran yang berbeda.
Ada kepercayaan di sana yang mengatakan bahwa setiap ukuran haruslah dengan hitungan yang ganjil bilangan ganjil.
Penjumlahan ganjil tersebut tidak saja terlihat di dalam hal ukuran panjang dan lebar, tapi juga sampai dengan jumlah hiasan tangga, anak tangga, layang-layang puncak dan lain-lain.
Jikalau diukur, maka panjang bangunan induk rumah adat Banjar pada umumnya adalah 31 meter sedang lebar bangunan induk adalah 7 meter dan lebar anjung masing-masing 5 meter.
Lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter yaitu kolong di bawah anjung dan palidangan; sedangkan jarak lantai terendah rata-rata 1 meter, yaitu kolong lantai ruang palatar.


Denah



Ruangan-ruangan yang berjenjang lantainya ialah :

1) Palatar (pendopo atau teras)
Ruangan depan yang merupakan ruangan rumah yang pertama setelah menaiki tangga masuk. Ukuran luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter. Palatar disebut juga Pamedangan.

2) Pacira
Yaitu ruang antara (transisi) yang terbagi dua bagian yaitu pacira dalam dan pacira luar. Pacira Dalam berfungsi untuk menyimpan alat pertanian, menangkap ikan dan pertukangan. Kedua pacira ini hanya dibedakan oleh posisinya saja. Pacira Luar tepat berada di muka pintu depan (Lawang Hadapan).

3) Panampik Kacil
Yaitu ruang tamu muka merupakan ruangan yang agak kecil setelah masuk melalui Lawang Hadapan yaitu pintu depan. Permukaan lantainya lebih tinggi daripada lantai palatar. Ambang lantai disini disebut Watun Sambutan. Luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.

4) Panampik Tangah
Yaitu ruang tamu tengah merupakan ruangan yang lebih luas dari panampik kacil. Lantainya juga lebih tinggi dari ruang sebelumnya. Ambang lantai ini disebut Watun Jajakan.

5) Panampik Basar atau Ambin Sayup
Yaitu ruang tamu utama merupakan ruangan yang menghadapi dinding tengah (Banjar: Tawing Halat). Permukaan lantainya lebih tinggi pula dari lantai sebelumnya. Ambang Lantainya disebut Watun Jajakan, sama dengan ambang lantai pada Panampik Tangah. Luas ruangan 7 x 5 meter

6) Palidangan atau Ambin Dalam
Yaitu ruang bagian dalam rumah yang berbatas dengan panampik basar. Lantai palidangan sama tinggi dengan lantai panampik basar (tapi ada juga beberapa rumah yang membuat lantai panampik basar lebih rendah dari lantai palidangan). Karena dasar kedua pintu yang ada di tawing halat tidak sampai ke dasar lantai maka watun di sini disebut Watun Langkahan. Luas ruang ini 7 x 7 meter. Di dalam ruangan Palidangan ini terdapat tiang-tiang besar yang menyangga bubungan tinggi (jumlahnya 8 batang). Tiang-tiang ini disebut Tihang Pitugur atau Tihang Guru.

7) Panampik Dalam atau Panampik Bawah
Yaitu ruangan dalam yang cukup luas dengan permukaan lantai lebih rendah daripada lantai palidangan dan sama tingginya dengan permukaan lantai panampik tangah. Ambang lantai ini disebut pula dengan Watun Jajakan. Luas ruang 7 x 5 meter.

8) Padapuran atau Padu
Yaitu ruangan terakhir bagian belakang bangunan. Permukaan lantainya lebih rendah pula dari panampik bawah. Ambang lantainya disebut Watun Juntaian. Kadang-kadang Watun Juntaian itu cukup tinggi sehingga sering di tempat itu diberi tangga untuk keperluan turun naik. Ruangan padapuran ini dibagi atas bagian atangan (tempat memasak) dan salaian (tempat mengeringkan kayu api), pajijiban dan pagaduran (tempat mencuci piring atau pakaian). Luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.



2.RUMAH GAJAH MANYUSU



Rumah Gajah Manyusu adalah nama kolektif untuk semua bentuk-bentuk rumah tradisional suku Banjar dengan ciri khasnya pada bangunan induknya menggunakan atap perisai buntung.
Rumah ini mempunyai ciri pada bentuk atap limas dengan hidung bapicik (atap mansart) pada bagian depannya. Anjung mempunyai atapPisang Sasikat, sedang surambinya beratap Sindang Langit.
Bentuk sampai dengan anjung sama dengan Gajah Baliku. Yang berbeda adalah adalah bagian padu. Panampik padu diberi dua buah Ambin Sayup yang bentuknya lebih kecil dari anjung dan lebih rendah letaknya.


Ciri – Ciri 

Ciri khas pada bangunan gajah manyusu adalah sebagai berikut :

•Pada mulanya tubuh bangunan induk rumah adat Gajah Manyusu ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang dari depan ke belakang yang ditutupi pada bagian depannya dengan menggunakan atap perisai buntung yang dalam bahasa Banjar disebut Atap Hidung Bapicik. Atap perisai buntung ini menutupi mulai ruang Surambi Pamedangan hingga ruang-ruang yang ada di belakangnya. Bentuk bangunan pokok ini biasa dinamakan Rumah Hidung Bapicik.

•Dalam perkembangannya kemudian Rumah Hidung Bapicik yang berbentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan ruangan hanya pada salah satu sisi bangunan pada samping kiri atau kanan bangunan ataupun bisa juga pada kedua-duanya baik sisi kiri maupun kanan secara simetris dan posisinya agak ke belakang. Kedua ruangan ini berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi. Ruang tambahan ini disebut anjung. Bentuk inilah yang dinamakan Rumah Gajah Manyusu. Rumah Gajah Manyusu yang memiliki dua buah anjung secara simetris ini dinamakan Rumah Gajah Manyusu Ba'anjung Dua. Pada tipe pertama pada kedua-dua buah anjung tersebut ditutup dengan atap sengkuap Pisang Sasikat sehingga dinamakan Rumah Gajah Manyusu Ba'anjung Pisang Sasikat. Dalam perkembangannya selanjutnya di belakang Anjung Kanan dan Anjung Kiwa yang beratap sengkuap Pisang Sasikat ini selanjutnya disumbi (disambung) dengan atap jurai luar (jurai laki) sehingga ruangan tambahan ini dinamakan Anjung Jurai Kanan dan Anjung Jurai Kiwa. Sedangkan pada tipe kedua pada kedua-dua buah anjung tersebut ditutup dengan atap perisai sehingga ruang tersebut menjadi model anjung Ambin Sayup maka dinamakan Rumah Gajah Manyusu Ba'anjung Ambin Sayup.

•Alternatif Pengembangan bentuk Rumah Gajah Manyusu Ba'anjung Dua lebih lanjut dengan menyambung atap sengkuap emper depan Sindang Langit dengan tambahan atap emper samping kanan maupun kiri bangunan hingga anjung kanan dan atap anjung kiwa disertai penambahan tiang-tiang empernya seperti pada model Rumah Balai laki, Rumah Balai Bini dan Rumah Palimbangan.

•Pada bentuk dasar rumah Gajah Manyusu pada terasnya terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai model atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit. Empat pilar penyangga emper depan (karbil) pada teras tersebut dapat diganti model konsol.

Pada Tawing Hadapan terdapat tangga naik yang disebut Tangga Hadapan dengan posisi lurus ke depan.




Denah




Rumah khas kalimantan selatan yaitu gajah manyusu memiliki urutan ruang sebagai berikut :


1) Surambi Sambutan
Serambi/teras yang merupakan ruang terbuka yang umumnya ditutupi atap sengkuap yang dinamakan Pisang Sasikat (atau atap model lain) yang terdapat pada emper depan rumah Banjar yang berfungsi untuk menyambut tamu. Pada ruang terbuka ini bisanya terdapat pilar penyangga emper depan yang pada umumnya berjumlah 4 buah (namun pada rumah yang memakai teras yang melebar ke samping kiri dan kanan, jumlah pilar depan biasanya berjumlah 6 buah atau lebih)

2) Palatar atau Pamedangan
Beranda / palatar dalam yang merupakan ruang setengah terbuka pada rumah tradisonal suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan sekitarnya. Ruangan Pamedangan ini termasuk bagian dari tubuh bangunan rumah induk, biasanya tertutup dinding sisi kiri maupun kanan dan masing-masing terdapat jendela berdaun dua

3) Paluaran
Ruang tamu utama pada bagian dalam rumah Banjar yang bersifat Semi Private.

4) Palidangan
Atau Ambin Dalam adalah ruang dalam yang berada dibelakang Tawing Halat yang merupakan ruang induk pada jenis-jenis rumah Banjar.

5) Padapuran/Padu
Merupakan ruang Pantry atau dapur yang merupakan bagian service



3.RUMAH BALAI BINI


Rumah Balai Bini adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan. Rumah adat tipe Balai Bini biasanya dimasa Kesultanan Banjar dihuni oleh para puteri Sultan atau warga Sultan dari pihak perempuan. Rumah Balai Bini merupakan tempat tinggal para pengasuh.

Pada Rumah Balai Bini, tubuh bangunan induk memakai atap perisai yang disebut Atap Gajah, sedangkan sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/lessenaardak yang disebut Atap Anjung Pisang Sasikat


Ciri - Ciri 

•Pada mulanya tubuh bangunan induk rumah adat Balai Bini ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang dari depan ke belakang yang ditutupi pada bagian depannya dengan menggunakan atap perisai yang dalam bahasa Banjar disebut Atap Gajah. Atap perisai ini menutupi mulai ruang Surambi Pamedangan hingga ruang-ruang yang ada di belakangnya. Bentuk bangunan pokok ini biasa dinamakan Rumah Gajah.

•Dalam perkembangannya kemudian Rumah Gajah yang berbentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan ruangan hanya pada salah satu sisi bangunan pada samping kiri atau samping kanan bangunan atau kedua-duanya baik sisi kiri maupun kanan secara simetris dan posisinya agak ke belakang. Kedua ruangan ini berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi. Ruang tambahan ini disebut anjung. Kedua buah anjung ini ditutup dengan atap sengkuap yang disebut Atap Pisang Sasikat, bentuk inilah yang dinamakan Rumah Balai Bini. Dalam perkembangannya selanjutnya di belakang Anjung Kanan dan Anjung Kiwa yang beratap sengkuap Pisang Sasikat ini selanjutnya disumbi (disambung) lagi dengan atap jurai luar (jurai laki) sehingga ruangan tambahan ini dinamakan Anjung Jurai Kanan dan Anjung Jurai Kiwa.

•Perkembangan Rumah Balai Bini lebih lanjut terdapat pada atap sengkuap Sindang Langit (atap emper depan) yang ditambahi Jurai Luar yang melebar ke atap emper samping kanan maupun kiri bangunan yang menyatu dengan atap anjung kanan dan atap anjung kiwa disertai penambahan tiang-tiang emper.


Denah






Urutan ruang yang terdapat pada rumah adat bilik bini adalah sebagai berikut :

1)Surambi Muka
Merupakan emper depan rumah dilengkapi dengan tangga berjenjang dalam jumlah ganjil misalnya tiga atau lima trap untuk menaiki Surambi Sambutan.

2)Surambi Sambutan (Ambin)
Merupakan teras terbuka dikelilingi railings yang disebut Kandang Rasi dilengkapi dengan tangga berjenjang dalam jumlah ganjil misalnya tiga atau lima trap untuk menaiki Surambi Pamedangan.

3)Pamedangan (paseban/palatar dalam)
Merupakan ruang setengah terbuka dikelilingi railings yang disebut Kandang Rasi.

4)Paluaran atau Ambin Sayup
Merupakan Ruang Tamu, paluaran menggunakan tataban

5)Palidangan atau Ambin Dalam
Diapit oleh Anjung Kanan dan Anjung Kiwa.

6)Padapuran atau Padu
Merupakan ruang Pantry.

7)Surambi Sambutan
Terdapat 4 buah pilar yang menyangga atap emper depan memakai atap sengkuap yang dalam bahasa Banjar disebut Atap Sindang Langit. Keempat pilar ini dapat pula diganti dengan konsol.

8)Dinding depan (Tawing Hadapan)
Terdapat 1 Lawang Hadapan (pintu masuk), di antara pintu masuk terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.

9)Serambi pamedangan (teras)
Menggunakan pagar Kandang Rasi.

10)Sayap bangunan (anjung)
Memakai atap sengkuap/zaldedaak ( atap pisang sasikat) seperti pada rumah Bubungan Tinggi.

11)Bagian atas teras (serambi Pamedangan)
Kadang-kadang memakai bentuk lengkung (gerbang).

12)Surambi Sambutan (teras emper), menggunakan pagar Kandang Rasi.



4.RUMAH BALAI LAKI


Rumah Ba'anjung tipe Balai Laki adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar (disebut rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Rumah adat Banjar tipe ini dalam sejarah Banjar dikenal sebagai rumah hunian para Punggawa mantri dan para prajurit pengawal keamanan Kesultanan Banjar.
Bentuk atap pada bangunan depan/rumah induk Rumah Ba'anjung Balai Laki memakai atap pelana, sedangkan pada sayap bangunan (Anjung) memakai atap sengkuap yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi.
Dalam bentuk umum Balai Laki sama dengan Palimbangan, tetapi dengan ukuran lebih kecil dan sama-sama menggunakan atap pelana dan diberi Sungkul Atap bertatah dan bisa memakai anjung namun berbeda bentuknya.


Ciri – ciri 


•Tubuh bangunan induk rumah adat Balai Laki ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan yang ditutupi pada bagian depannya dengan menggunakan atap pelana, sehingga terlihat tebar layar yang dalam bahasa Banjar disebut Tawing Layar. Atap pelana ini menutupi mulai ruang Pamedangan (Paseban) hingga ruang-ruang yang ada di belakangnya. Bentuk bangunan pokok ini biasa dinamakan Rumah Laki (bahasa Betawi: Rumah Gudang)

•Dalam perkembangannya kemudian Rumah Laki yang berbentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan ruangan hanya pada salah satu sisi bangunan pada samping kiri atau kanan bangunan atau kedua-duanya baik sisi kiri maupun kanan secara simetris dan posisinya agak ke belakang

•Dalam perkembangannya selanjutnya di belakang Anjung Kanan dan Anjung Kiwa yang beratap sengkuap Pisang Sasikat ini selanjutnya disumbi (disambung) dengan atap jurai luar (jurai laki) sehingga ruangan tambahan ini dinamakan Anjung Jurai Kanan dan Anjung Jurai Kiwa

•Dinding rumah yang menghadap ke depan disebut Tawing Hadapan dengan satu pintu masuk Lawang Hadapan, sedangkan sebelah kanan dan kiri pintu depan masing-masing terdapat jendela berjeruji berdaun dua membuka ke depan pula.

•Beranda atau palatar dalam disebut Pamedangan (Paseban) yang ditopang oleh 4 (empat) buah pilar yang merupakan bagian dari tiang struktur. Pada sisi depan atas ruang Pamedangan terdapat Jurai Atas (tirai atas) dalam posisi menghadap ke depan yang tersusun dari papan ukiran mendatar atau melengkung

•Selanjutnya pada atap bangunan induk Rumah Balai Laki tersebut pada emper depannya disambung dengan atap sengkuap yang disebut Atap Sindang Langit sehingga dibawahnya terbentuk teras serambi yang disebut Surambi Sambutan atau Ambin

•Perkembangan lebih lanjut untuk memperluas area atap emper Sindang Langit tersebut disumbi/ditambahi Jurai Luar sehingga atap ini semakin melebar ke emper samping kanan maupun emper samping kiri bangunan induk sehingga bertemu atau menempel dengan atap anjung kanan dan atap anjung kiwa disertai penambahan tiang-tiang emper (tihang anak)



Denah




1)Surambi sambutan (ambin)
Serambi/teras yang merupakan ruang terbuka yang umumnya ditutupi atap sengkuap yang dinamakan Pisang Sasikat (atau atap model lain) yang terdapat pada emper depan rumah Banjar yang berfungsi untuk menyambut tamu

2)Pamedangan (paseban)
Beranda / palatar dalam yang merupakan ruang setengah terbuka pada rumah tradisonal suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan sekitarnya

3)Paluaran (ambin sayup)
Ruang tamu utama pada bagian dalam rumah Banjar yang bersifat Semi Private

4)Palidangan (ambin dalam)
Ruang dalam yang berada di belakang Tawing Halat yang merupakan ruang induk pada jenis-jenis rumah Banjar

5)Padu (padapuran)
Ruang pantry pada rumah Banjar (rumah Bubungan Tinggi) yang terletak pada bagian paling belakang rumah Banjar dan pada bagian tersebut terdapat ruang Pambasuhan (Ruang Basuhan) untuk tempat mencuci



SUMBER :

  • https://id.wikipedia.org
  • http://kisahasalusul.blogspot.com/2016/03/rumah-adat-kalimantan-selatan.html
  • http://www.getborneo.com/rumah-adat-kalimantan-selatan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar